Strenna RM - 2025 - Bahasa Indonesia


Strenna RM - 2025 - Bahasa Indonesia

1 Page 1

▲back to top
PRESENTASI STRENNA UNTUK TAHUN 2025
Berlabu dalam harapan,
Para peziarah bersama kaum muda
Para konfrater Salesian yang terkasih,
Para Suster Salesian yang terkasih,
Para anggota keluarga besar Don Bosco yang terkasih
Sebagaimana yang biasa saya lakukan setiap tahun pada bulan Juli, saya
mengirimkan secara garis besar tema Strenna untuk tahun yang baru mendatang.
Dengan demikian, bagi mereka yang perlu merencanakan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan tahun ajaran dan rencana pastoral baru yang dimulai pada bulan
September di beberapa negara, akan mendapatkan panduan-panduan penting.
Presentasi Strenna kali ini ditulis "oleh empat tangan" (seperti ketika dua orang
yang memainkan sebuah karya musik bersama di atas piano yang sama).
Sebenarnya Rektor Mayor dan Vikarisnya yang membuat garis besar Strenna ini,
yang nantinya (tentu saja mulai bulan Oktober dan November) Pastor Stefano
Martoglio selaku pemimpin Kongregasi Salesian sekaligus sebagai penggerak
Keluarga besar Salesian Don Bosco, akan mempersiapkan dan
mengembangkannya dalam sebuah teks berupa penafsiran atas Strenna yang akan
disampaikannya kepada para suster Putri Maria Penolong Umat Kristiani dan
seluruh Keluarga Salesian.
Ketika kami bersama sebagai sebuah tim memikirkan Strenna untuk tahun 2025
ini, kami menyepakati satu hal ini: tema Strenna haruslah selaras dengan peristiwa
gerejawi besar yaitu Yubileum Luar Biasa Tahun 2025 yang diumumkan oleh Bapa
Suci Paus Fransiskus melalui Bulla Spes Non Confundit (Rm. 5:5), [Pengharapan
tidak mengecewakan]. Paus Fransiskus selanjutnya menunjukkan perspektif yang
menarik dalam subjudulnya: "Kepada semua orang yang membaca surat ini,
semoga harapan memenuhi hatimu."1
Pada kesempatan yang sama, jangan lupa bahwa tahun 2025 juga menandai
peringatan 150 tahun ekspedisi misionaris Salesian pertama yang diutus oleh Don
Bosco ke Argentina. Oleh karena itu, tahun 2025 akan menjadi tahun yang luar
biasa.
Semua ini membuat kami berpikir bahwa Strenna untuk tahun 2025 haruslah
memiliki "harapan" pada intinya, dan jalan yang akan kita ikuti bersama kaum
muda. Hal ini memperjelas judul "Berlabuh dalam harapan, para peziarah bersama
kaum muda". Sebuah harapan yang membawa kita melampaui rasa takut.
1. Harapan yang membawa kita melampaui rasa takut
Bapa Suci menulis dalam Bulla Spes Non Confundit untuk tahun Yubileum luar
1 FRANCIS, Spes Non Confundit, Bulla Indikasi Yubileum Biasa Tahun 2025, Roma 9 Mei 2024.
1

2 Page 2

▲back to top
biasa ini: "Dalam semangat pengharapan, Rasul Paulus menyampaikan kata-kata
penghiburan ini kepada komunitas Kristen di Roma."2 Berpikir tentang Yubileum
berarti memikirkan setiap orang sebagai peziarah harapan. Kita akan menjadi
peziarah harapan di setiap bagian dunia, di berbagai Gereja tertentu; kita akan
berziarah bersama kaum muda, dalam sebuah perjalanan yang akan membawa kita
pada sebuah perjumpaan pribadi dan hidup dengan Yesus, yang merupakan "pintu"
keselamatan (Bdk. Yoh 10:7,9). Bersama-sama kita akan dapat bersaksi bahwa Dia,
Yesus, adalah "pengharapan kita" (1Tim 1:1).
Selanjutnya, Paus Fransiskus mengatakan: "Semua orang tahu apa itu harapan. Di
dalam hati setiap orang, harapan berdiam sebagai keinginan dan harapan akan hal-
hal baik yang akan datang, meskipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa
depan. Meskipun demikian, ketidakpastian tentang masa depan terkadang dapat
menimbulkan perasaan yang saling bertentangan, mulai dari rasa percaya diri
hingga rasa khawatir, dari ketenangan hingga kegelisahan, dari keyakinan yang
teguh hingga keragu-raguan. Seringkali kita menjumpai orang-orang yang berkecil
hati, pesimis dan sinis terhadap masa depan, seakan-akan tidak ada sesuatu pun
yang dapat membawa kebahagiaan bagi mereka."3 Dihadapkan pada kenyataan
yang merupakan bagian dari kehidupan manusia, kehidupan kita sendiri, keluarga
kaum muda dan kaum muda itu sendiri, kita percaya bahwa tahun baru dan di
dalamnya, yaitu tahun yubileum ini, akan menjadi kesempatan yang sangat baik
bagi semua orang untuk memperbaharui pengharapan.
Bersama dengan kaum muda, kita akan menemukan - dan kita akan membantu
mereka untuk menemukan, secara pribadi dan sebagai sebuah komunitas - bahwa
harapan, harapan sejati yang tertambat di dalam Tuhan tidak akan menyerah dalam
menghadapi kesulitan karena harapan ini "didirikan di atas iman dan dipupuk oleh
cinta kasih."4 Dengan demikian, kita dapat melanjutkan perjalanan hidup kita, tidak
hanya sekedar bertahan, tetapi hidup dengan keaslian Kristiani. Santo Agustinus
mengungkapkannya dengan sempurna: "Apa pun keadaan hidup kita, kita tidak
dapat hidup tanpa ketiga disposisi jiwa kita, yaitu iman, harapan dan kasih."5
2. Kita akan menempuh jalan ini dengan berpegang teguh pada pengharapan
Kristiani.
Pengharapan Kristiani tidak mengecewakan, tidak menipu, karena pengharapan ini
didasarkan pada kepastian bahwa tidak ada dan tidak seorang pun yang dapat
memisahkan kita dari kasih Allah. Kepastian ini diingatkan oleh Rasul Paulus
(Roma 8:35,37). Oleh karena itu, firman Tuhan meyakinkan kita bahwa di tengah
kegelapan, kita dapat melihat terang dan memperoleh kekuatan yang berasal dari
Tuhan sendiri dan kebangkitan-Nya.
Tentu saja ini adalah jalan kehidupan, setiap kehidupan, dan di atas segalanya,
2 Ibid.,
3 Ibid.
4 Ibid, 3.
5 AGUSTINUS, Discourses, 198 Augym., 2.
2

3 Page 3

▲back to top
kehidupan setiap orang Kristen melewati jalan yang harus didukung oleh momen-
momen khusus, acara-acara khusus, kesempatan-kesempatan yang kuat. Hal-hal
tersebut diperlukan untuk memelihara dan memperkuat harapan yang menuntun
kita untuk bertemu dengan Tuhan dan hidup dengan bermakna yang benar dan
penuh.
Berziarah - sesuatu yang akan kita alami dalam seribu cara dan di seribu tempat
bersama kaum muda sepanjang tahun Yubileum - adalah sesuatu yang umum bagi
mereka yang ingin dan perlu meninggalkan tempat kenyamanan mereka, untuk
meninggalkan tempat-tempat di mana kita masing-masing telah menetap dengan
nyaman dan yang bahkan mungkin membuat kita merasa kecewa, kehilangan
motivasi. Berziarah akan mengharuskan kita untuk berusaha dalam banyak
kesempatan, untuk berdiam diri dan memilih untuk pergi kepada hal-hal yang
penting.
Kita harus menempatkan diri kita dalam sikap siap sedia ini, bersama dengan kaum
muda. Hal ini akan sangat membantu kita dan memungkinkan Tuhan untuk
bertemu dengan kita masing-masing, kapan dan di mana Dia menginginkannya,
tetapi selalu menyentuh bagian yang paling berharga dan terdalam dari hati kita,
jiwa kita, keberadaan kita. Dan kita harus siap untuk sebuah perjumpaan pada saat
itu. Kita tidak boleh takut untuk "mengambil risiko" dalam hal perjumpaan dengan
Tuhan. Dia tidak pernah mengecewakan, terutama jika kita berpegang teguh pada-
Nya, berlabuh di dalam Dia.
3. Ada banyak anak muda yang bermimpi dengan harapan yang otentik
Bagi kita para Salesian dan semua anggota Keluarga Besar Salesian, mustahil
berbicara tentang kehidupan Don Bosco, tentang dia, tanpa berbicara tentang
mimpinya. Dia menyimpan mimpinya dalam pikiran dan hatinya sepanjang
hidupnya, bahkan setelah mencapai pemenuhannya.
Terinspirasi oleh impian Don Bosco dan oleh apa yang mereka jalani dan
menalaminya pada lingkungan Salesian kita, kaum muda akan menemukan bahwa
keinginan mereka yang indah adalah kekuatan pendorong yang membuat mereka
mampu melakukan hal-hal besar dan mereka akan belajar bahwa setiap tantangan
dapat diatasi dengan keberanian dan kepercayaan diri. Kaum muda memiliki
mimpi yang besar, tetapi mereka harus didorong untuk bermimpi! Dan kita para
pendidik memiliki tugas ini: menemani mereka di jalan kehidupan yang otentik.
Kaum muda memiliki hak untuk memimpikan hari esok yang lebih baik; mereka
memiliki kemungkinan untuk terlahir kembali dan selalu memulai dari awal, untuk
belajar dan bekerja, untuk membangun masa depan yang kaya akan kemanusiaan
dan harapan.
Kaum muda yang berbagi hidup dengan kita, mereka yang dapat ditemukan di rumah-
rumah Salesian, di rumah-rumah seluruh Keluarga Besar Salesian, kaum muda yang
memiliki mimpi (beberapa di antaranya mereka bagikan kepada kita)6, adalah para
6 Bdk. SALESIAN YOUTH MINISTRY, Diamanti nascosti (Berlian Tersembunyi), Roma 2024, 225.
3

4 Page 4

▲back to top
pengrajin masa depan, mereka yang akan membentuk dunia dengan tangan-tangan
muda mereka. Mereka adalah wajah kemanusiaan yang maju dan ingin berkembang.
Kemanusiaan yang terluka oleh perang, kemiskinan, dan rasa sakit, tetapi juga
kemanusiaan yang memiliki wajah amal dan cinta. Kemanusiaan yang mampu bangkit
kembali dan berharap, bangkit dari keterpurukan dan mulai berjalan kembali.
Kemanusiaan yang mampu menyambut dan memberi, tanpa pernah berhenti tersenyum
dan mencintai.
Melalui kisah-kisah ini dan keinginan tersembunyi yang dimiliki setiap orang
dalam diri mereka, kita semua dapat menemukan bagaimana kita dapat mengatasi
keterbatasan, menghadapi masalah terbesar dan bagaimana, bahkan di saat-saat
tersulit, kita tidak boleh membiarkan diri kita dikalahkan, tetapi menemukan
sumber daya pribadi, dan sumber daya dari konteks sosial yang berbeda, untuk
menghadapi tantangan apa pun. Tidak semua mimpi itu sama, tetapi satu hal yang
pasti: kita semua mempunyai mimpi!
Di antara ratusan mimpi yang dimiliki kaum muda, berikut ini disajikan beberapa
contoh. Seperti mereka, hari demi hari, kita harus melanjutkan ziarah harian kita,
mengikuti jalan yang menuntun kaum muda untuk hidup dalam pengharapan,
karena kaum muda tahu bahwa bermimpi itu mungkin, yakin bahwa, ketika mimpi
dijamin oleh Tuhan yang mendukungnya, mimpi-mimpi itu akan menjadi
kenyataan.
Mimpi Ámar Gazel Hernández, berusia18 tahun, dari San José, Kosta Rika,
dengan judul: Bintang yang Hilang.
Ámar memberi tahu kita: "Jika Anda bertanya kepada saya enam tahun yang lalu
apa impian hidup saya, saya mungkin akan menjawab bahwa saya bermimpi
menjadi seorang penari, mengenakan sepatu balet dan menari di atas panggung.
Namun, dengan berjalannya waktu dan perubahan situasi kehidupan, mimpi itu
menjadi terkubur. Hari ini, di usia tujuh belas tahun, saya menyadari bahwa mimpi
saya masih ada, tetapi perhatian yang saya berikan berbeda; kenyataannya adalah
bahwa saat ini masyarakat menuntut terlalu banyak dari kita, dan dalam banyak
kesempatan mimpi-mimpi ini akhirnya menjadi frustrasi, karena kita dihadapkan
pada ekspektasi yang tinggi, tingkat stres yang tinggi, dan tuntutan yang pada
akhirnya tidak masuk akal. Bagi saya, bermimpi adalah menemukan kebahagiaan
dalam hal-hal kecil, dalam mencapai tujuan sekecil apa pun itu, dalam melawan
tuntutan dunia, karena bagaimanapun juga kita semua adalah 'bintang yang hilang'
di langit yang berusaha mencapai kepenuhan dan menunjukkan cahayanya.
Akhirnya, jawaban saya untuk pertanyaan 'apa impian saya' adalah: impian saya
adalah untuk mencapai tujuan saya, sehingga saya juga dapat memberikan
kebahagiaan kepada orang-orang di sekitar saya. Jadi saya tidak hanya menemukan
makna hidup, tetapi juga kepuasan karena dapat melakukan apa yang saya
inginkan, kegembiraan karena mengetahui bahwa saya terus maju, tidak peduli
betapa sulitnya hal itu dan bahwa setiap malam alasan saya untuk hidup didukung
oleh harapan dan sukacita terbuat dari penaklukan-penaklukan kecil yang membuat
orang yang saya cintai bangga. Di sinilah impian saya berevolusi: dalam
perjuangan terus-menerus untuk berkembang, dalam kesadaran akan semua yang
4

5 Page 5

▲back to top
telah saya lakukan untuk sampai di sini, tetapi menikmati apa yang ditawarkan saat
ini. Saya tidak dapat menjawab pertanyaan ini secara spesifik karena, seperti semua
orang, saya adalah 'bintang yang hilang' di langit yang luas yang masih mencari
kemegahannya, tetapi tidak pernah berhenti bekerja untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan dengan penuh semangat menantikan apa yang dapat dicapainya
dalam perjalanan yang disebut kehidupan ini."
Dari Pantai Gading, Anani Henry Joël Kouadio, berusia18 tahun, mengatakan
bahwa mimpinya dapat disebut sebagai Pilihan.
"Cita-cita saya adalah menjadi seorang dokter. Pertama-tama, mengapa saya
menjatuhkan pilihan ini? Saya dapat mengatakan bahwa semua orang yang bercita-
cita untuk pekerjaan semacam ini melakukannya untuk menyelamatkan nyawa.
Itulah ide utama yang muncul di benak saya. Tetapi bagi saya pribadi, motivasinya
lebih besar. Melihat orang-orang yang sakit, yang tidak memiliki sarana untuk
mengobati diri mereka sendiri dan yang meninggal karena tidak ada dokter,
mengajukan pertanyaan ini kepada saya sebagai orang Kristen: 'Mengapa tidak
menjadi alat yang melaluinya Tuhan menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa?
Yang mendorong saya adalah kenyataan bahwa ayah saya adalah seorang dokter
dan di sisinya saya merasa lebih terdorong, lebih termotivasi, lebih tertarik. Hal ini
membuat saya berharap untuk menjadi bagian dari kelompok yang menyebut diri
mereka dokter. Saya ingin menjadi seorang ahli saraf, seorang spesialis neurologi.
Keinginan besar saya adalah mewujudkan impian saya sesuai dengan kehendak
Tuhan, dan teladan Don Bosco memotivasi saya."
Anita Martòn berusia 24 tahun. Dia adalah seorang pemudi Italia dari Mogliano
Veneto dan hari ini dia bercerita tentang mimpinya yang menjadi kenyataan: dia
menyebutnya Seluruh hidupku.
"Pada saat itu saya berada di bangku terza superiore (Kelas 11, atau setara dengan
tahun-tahun terakhir di sekolah menengah atas), dan kami mempelajari sosok
Dante. Guru itu malas dan menjelaskannya tanpa gairah. Yang ia lakukan hanyalah
menyampaikan kebosanan dan ketidaksabaran, dan kami belajar untuk membenci
Dante.
Guru "meninggalkan jejak" pada anak-anak di depan mereka dan jika suasana hati
mereka dan bukan cinta mereka yang mereka bawa ke kelas, seperti yang dikatakan
D'Avenia, inilah yang melekat pada jiwa-jiwa yang haus di depan mereka dan
membuat mereka bosan. Sebaliknya, saya ingin teman-teman sekelas saya
menemukan keindahan. Pada saat itu saya menyadari bahwa ini adalah impian
saya, panggilan yang harus saya jawabi.
Delapan tahun telah berlalu sejak hari itu, dan setelah delapan tahun mimpi ini
menjadi kenyataan. Hari ini saya berada di ruang kelas untuk mengajar. Saya
melihat anak-anak muda ini duduk di depan saya dan saya melihat diri saya sendiri
sedang mencari mimpi untuk mengarahkan kompas kehidupan. Siapa yang tahu
keinginan apa yang ada di hati mereka. Siapa yang tahu harapan dan ketakutan
mereka. Di sinilah saya berada di depan anak-anak muda ini: mereka tidak tahu
5

6 Page 6

▲back to top
bahwa sepanjang hidup saya, saya bermimpi untuk bersama mereka."
Dari India, di Negara Bagian Tripura, di Agartala, Bipasha Hrangkhawl yang
berusia tiga puluh tahun terus mewujudkan mimpinya: Sebuah cahaya di
sepanjang jalan seseorang.
Inilah kata-katanya: "Saya bermimpi untuk menyinari kehidupan orang-orang yang
kurang beruntung di dunia ini, dengan cara apa pun yang saya bisa. Tumbuh
dewasa, saya menyadari bahwa ada banyak orang di dunia ini yang jalannya gelap,
harapannya tertutup bagi mereka, masa depannya suram, dan kebahagiaan masih
jauh.
Karena saya lebih beruntung dan memiliki kesempatan yang lebih baik, saya
menyadari bahwa saya dapat melakukan hal kecil untuk membantu memperbaiki
kehidupan beberapa orang, setidaknya sedikit. Beramal dimulai dari rumah, dan
hanya dengan melakukan perbuatan kecil, saya akhirnya dapat mewujudkan impian
saya dalam skala yang lebih besar.
Saya memimpikan sebuah masyarakat yang terdiri dari orang-orang bahagia yang
mencintai kehidupan mereka dan yang, terlepas dari perbedaan, hidup bersama
dalam cinta dan kedamaian. Saya bermimpi untuk menjadi bagian yang bahagia di
dalamnya, menjadi serupa dengan alat yang efektif untuk memberikan makna dan
tujuan dan pada saat yang sama membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik
untuk ditinggali: cahaya di jalan seseorang yang memanggil saya untuk bertindak
dan berdisiplin. Saya akan berjalan dalam terang, di jalan saya yang mempesona di
mana Tuhan sendiri adalah terang yang bercahaya bagi saya yang akan saya
pancarkan di sepanjang jalan, sehingga jalan yang dilalui orang lain menjadi
terang."
Clarissa Budianto tinggal di Indonesia, di Asia-Oceania, lebih tepatnya di Jakarta.
Dia berusia 26 tahun dan mimpinya adalah menjadi seorang pendidik sejati.
Dia berkata, "Gantungkan mimpimu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit.
Jika Anda jatuh, Anda akan jatuh di antara bintang-bintang - seperti yang dikatakan
oleh Soekarno Hatta, Presiden pertama Indonesia.
Impian saya adalah mendampingi kaum muda ketika hidup menjadi rumit dan sulit
bagi mereka. Berada di samping mereka bukan karena mereka bergantung pada
saya, tetapi karena melalui saya, mereka dapat melihat harapan dalam Tuhan dan
kemanusiaan. Saya tahu bagaimana rasanya sendirian dan bingung. Keinginan
untuk selalu ada untuk orang lain seperti saya, untuk menemani mereka melalui
mimpi-mimpi mereka dan menghadapi kompleksitas kehidupan adalah apa yang
membuat saya tetap terjaga. Yang membuat saya tetap bertahan adalah kejutan-
kejutan Roh Kudus dalam perjalanan hidup saya. Hal inilah yang terkadang
mengingatkan saya akan mimpi tersebut dan juga hadiah-hadiah kecil dan
bermakna dalam hidup, sementara saya terus mengikutinya.
6

7 Page 7

▲back to top
Impian saya adalah menjadi seorang pendidik yang baik hati, tulus, dan cakap,
mengenal murid-murid saya secara mendalam, dan yang terpenting adalah
menjadi seorang guru yang mampu membantu anak-anak muda untuk
menemukan impian mereka dan mencapainya."
Lalu ada Daniel Flores, berusia 28 tahun, seorang warga Venezuela yang berasal
dari Caracas. Dia memiliki keyakinan yang mendalam: jika Anda bisa
memimpikannya, Anda pasti bisa.
Berikut adalah perkatanya: "Saya berasal dari Venezuela. Sejak kecil, saya
bermimpi untuk menjadi seorang dokter. Saya belajar di sekolah Salesian dan
pengalaman misionaris mendorong impian saya untuk melayani orang lain. Pada
tahun 2016, satu tahun setelah lulus fakultas kedokteran, keluarga saya
memutuskan untuk beremigrasi ke Chili karena situasi di negara saya. Meskipun
mengalami kesulitan, saya bekerja dan belajar pada saat yang sama; jadi pada
tahun 2022 saya lulus di bidang kedokteran umum dan, berkat nilai bagus yang
saya peroleh, saya memenangkan beasiswa untuk mengejar spesialisasi di bidang
pediatri, yang saat ini saya ikuti. Saya mempraktikkan profesi saya di daerah
berpenghasilan rendah di Santiago de Chile, tetapi saya bermimpi untuk kembali
membantu anak-anak Venezuela, sebuah mimpi yang, sedikit demi sedikit, menjadi
kenyataan, karena dengan bantuan teman-teman dari Universitas Caracas, saya
mengirimkan beberapa persediaan dari Chile untuk mendukung hari-hari bantuan
medis di pinggiran kota. Saya juga berencana, sekembalinya saya ke Venezuela,
untuk mendirikan sebuah pusat perawatan anak."
4. Para misionaris di dunia. Misionaris Kehidupan
Seperti yang telah kami kemukakan, Tahun Suci Yubileum ini bersamaan dengan
sesuatu yang lain yang menjadi asal mula keberadaan Keluarga Don Bosco di
dunia sekarang ini, karena - dan marilah kita nyatakan ini dengan tegas dan pasti -
tidak seorang pun dari kita dan tidak satu pun dari lembaga-lembaga yang sekarang
ini membentuk pohon besar, yaitu Keluarga Salesian, Keluarga Don Bosco, yang
akan ada dalam Gereja jika Roh Kudus tidak membangkitkan semangat misioner
sejak awal.
Tahun jubileum ini menandai peringatan 150 tahun ekspedisi misionaris pertama
ke Argentina, yang dipromosikan oleh Don Bosco pada tahun 1875.
Oleh karena itu, perayaan peristiwa yang sangat penting dalam Tahun Suci
Yubileum 2025 ini menempatkan kita pada posisi yang tepat untuk mengenali,
memikirkan kembali, dan meluncurkan kembali:
Mengenali: kita berterima kasih kepada Tuhan atas karunia panggilan
misionaris yang saat ini memungkinkan anak-anak Don Bosco dan
keluarganya menjangkau kaum muda yang miskin dan terlantar di 136 negara.
Memikirkan kembali: karena ini adalah kesempatan untuk memikirkan
7

8 Page 8

▲back to top
kembali dan mengembangkan visi dan misi Salesian yang diperbaharui
dengan mempertimbangkan tantangan dan perspektif baru yang telah
membawa refleksi misiologis baru.
Meluncurkan kembali: karena kita tidak hanya memiliki kisah yang mulia
untuk dikenang dan disyukuri, tetapi juga kisah yang luar biasa untuk
dilakukan dan masih harus ditulis! Kita menatap masa depan dengan
semangat misionaris dan antusiasme yang baru untuk menjangkau lebih
banyak lagi kaum muda yang miskin dan terlantar, sehingga mereka dapat
hidup dengan penuh harapan dan dengan kehidupan yang sejati, yaitu
kehidupan di dalam Tuhan.
Mengenali, memikirkan kembali dan meluncurkan kembali: tiga kata kerja yang
menghidupkan kembali dan memberi harapan, mendorong kita menuju batas-
batas misionaris baru Kongregasi dan Keluarga Salesian, terutama untuk
menjumpai kaum muda yang paling miskin dan terpinggirkan.
Mengenali, memikirkan kembali dan meluncurkan kembali bukanlah kata kerja dari
optimisme yang mudah. Itu adalah tindakan-tindakan yang berakar pada iman
kepada Yesus Kristus, yang selalu menyertai kita bahkan ketika kita mengalami
saat-saat kekhawatiran, ketakutan dan kesulitan yang muncul dalam pewartaan
Injil.
Mengenali, memikirkan kembali dan meluncurkan kembali menghidupkan kembali
dan memelihara harapan yang mendorong kita menuju batas-batas misioner yang
baru. Ada dan akan selalu ada tantangan dan kesulitan misionaris, tetapi, diberkahi
dengan harapan yang "dipenuhi dengan iman", mereka akan dengan berani
mendorong kita menuju batas-batas sosial-budaya, digital, dan geografis yang baru,
sehingga kita sendiri menjadi obor kecil harapan bagi orang lain, terutama bagi
kaum muda yang paling miskin dan paling membutuhkan; karena hari ini kita
dipanggil untuk menjadi Misionaris Kehidupan yang sejati.
5. Sebuah Yubileum dan harapan misi yang diwujudkan menjadi hasil
yang nyata.
Paus Fransiskus, dalam Bulla untuk Yubileum 2025, mengatakan kepada kita
bahwa "Tanda-tanda zaman, termasuk kerinduan hati manusia yang membutuhkan
kehadiran Allah yang menyelamatkan, harus menjadi tanda-tanda harapan"7 dan
mengundang Gereja - dan kita sendiri sebagai bagian dari Gereja - untuk
menghayati Yubileum 2025 dan tahun misioner ini dengan berkomitmen untuk
menjadi tanda-tanda harapan yang nyata. Tanda-tanda yang terwujud dalam hasil-
hasil berikut yang harus diupayakan8:
o Tanda pertama dari harapan itu adalah perdamaian di dunia kita, dunia yang
sekali lagi terbenam dalam tragedi perang.
7 FRANCIS, op. cit., 7.
8 Bdk.Ibid., 8,9,10, 11,12,13, 14, 15.
8

9 Page 9

▲back to top
o Menatap masa depan dengan penuh pengharapan berarti memiliki visi hidup
yang dipenuhi dengan antusiasme untuk berbagi dengan orang lain.
Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh gagal untuk berkontribusi pada
perjanjian sosial untuk pengharapan.
o Pada tahun yubileum ini kita dipanggil untuk menjadi tanda pengharapan
yang nyata bagi banyak saudara dan saudari yang mengalami kesulitan
dalam bentuk apa pun.
o Menawarkan tanda-tanda harapan kepada orang sakit di rumah mereka atau
di rumah sakit.
o Harapan ini juga dibutuhkan oleh mereka yang merupakan perwujudan dari
harapan, yaitu kaum muda (Paus Fransiskus mengatakan kepada kita): "Kita
tidak boleh mengecewakan mereka... Dengan semangat baru, marilah kita
tunjukkan kepedulian dan perhatian kepada para remaja, pelajar dan pasangan
muda, generasi yang sedang bangkit... Marilah kita mendekatkan diri kepada
kaum muda, karena merekalah sukacita dan harapan Gereja dan dunia!"9
o Juga harus ada tanda-tanda harapan bagi para migran, bagi para lansia
yang sering mengalami kesepian dan merasa ditinggalkan.
o Akhirnya, Paus meminta kita agar tanda-tanda harapan tahun yubileum ini
diterjemahkan menjadi harapan bagi ribuan orang miskin yang tidak memiliki
barang-barang yang paling mendasar untuk hidup bermartabat.
Paus mengundang kita - dan kita menjadikan undangannya sebagai undangan kita
sendiri - untuk hidup berlabuh dalam harapan10 karena hal ini, bersama dengan
iman dan cinta kasih, merupakan esensi hidup kristiani, tetapi di atas segalanya
"harapan adalah keutamaan yang, bisa dikatakan, memberikan arah dan tujuan ke
dalam kehidupan orang beriman... kita perlu 'berlimpah-limpah dalam
pengharapan' (bdk. Rm 15:13),11 dan dalam Tahun Yubileum ini kita ingin dan
harus melakukannya dengan kaum muda, sebagai Keluarga Salesian, agar bersama
mereka kita dapat memberikan kesaksian iman yang lebih kredibel dan menarik,
mungkin juga tentang iman kita yang kurang baik, sehingga "masing-masing dari
kita dapat menawarkan senyuman, isyarat persahabatan, pandangan yang ramah,
telinga yang siap mendengar, perbuatan baik, dalam pengetahuan bahwa, dalam
Roh Yesus, semua itu dapat menjadi benih harapan yang kaya bagi mereka yang
menerimanya."12
Semoga Maria, Bunda Tuhan, Bunda Gereja dan Penolong kita, yang juga
merupakan peziarah harapan, menemani kita dalam perjalanan ini.
9 Ibid., 12.
10 Ibid., 18.
11 Ibid.
12 Ibid.
Kardinal Ángel Fernández. Artime, SDB
Rektor Mayor
9