11.
Habemus Patrem!
Samar-samar namun pasti, suara dari tepuk tangan yang berkelanjutan menarik perhatian kumpulan anak-anak lelaki, pastor dan bruder yang telah dengan sabar berdiri di bawah sinar matahari bulan April yang hangat. Mata mereka langsung tertuju ke barisan jendela-jendela yang tertutup di tingkat tiga gedung sekolah, dimana para peserta Kapitel Umum telah berkumpul selama hampir dua jam. Tidak mungkin salah arti dari tepuk tangan tadi. Seorang Rektor Mayor yang baru telah diangkat!
Jika mereka dapat melongok ke dalam ruangan besar Kapitel, mereka akan dapat melihat sebuah adegan yang mengharukan. Berdiri di atas panggung, denagn Kardinal John Cagliero dan 4 uskup Salesian di sampingnya, Pastor sedang didatangi oleh para anggota Kapitel, yang secara bergantian mencium tangannya dan menerima kembali darinya bisikan kata “Terima kasih” atau “Doakanlah saya”. Terpilih pada kesempatan pertama demean 17 suara diatas 33 suara yang dibutuhkan, dia menerima dengan pasrah sewaktu moderator di Kapitel ini bertanya apakah ia menerima keputusan para pemilih.
“Pemilihan ini” katanya, “adalah sesuatu hal yang membuat saya dan kalian sedikit malu. Hal ini hanya dapat berarti bahwa Tuhan kita ingin agar Kongregasi kita rendah hati, atau mungkin Bunda kita ingin meyakinkan kita bahwa dialah pemimpim kita. Saya meyakinkan kalian bahwa saya merasa sedikit bimbang. Berdoalah untuk saya agar saya tidak merusak apa yang telah diperbuat oleh Don Bosko dan para penerusnya.
Pada waktu yang sama, kegembiraan juga terus bertambah di antara para penonton di lapangan. Kegembiraan ini mencapai klimaksnya sewaktu salah satu jendela tersebut terbuka, dan sosok Kardinal Cagliero yang mudah dikenal muncul. “Habemus Patrem! Don Rinaldi” serunya sambil melambaikan kedua tangannya. Dengan tiba-tiba tepuk tangan dan kata “vivas” dari penonton yang gembira dikalahkan oleh suara dari band sekolah yang memainkan march-nya yang paling meriah.
Hari itu sudah mendekati tengah hari ketika Rektor Mayor yang baru muncul keluar dari gedung itu. Sambil didorong dari tiap sisi oleh anak-anak dan para Salesian, dia terus bergerak perlahan menuju Basilika Bunda kita. Ia berlutut dalam doa di depan altar, diapit oleh Kardinal Cagliero dan para uskup selagi ruangan gereja yang besar bergema oleh ratusan suara yang menyanyikan Magnificat dan dilanjutkan dengan Te Deum, himne ucapan syukur.
Ucapan selamat membanjiri Superior baru ini dari seluruh penjuru. Yang secara khusus memberi selamat kepadanya adalah para perwakilan dari asosiasi-asosiasi anak muda dimana ia mempunyai hubungan. The Catholic Press , dimanapun Salesian dikenal, menekankan pemberitaan jasa-jasa dan persiapan penerus Don Bosko yang baru ini. Kardinal Mercier dari Belgia, menulis ke Provinsial Salesian di Belgia, menitipkan kepadanya ucapan selamatnya kepada sang superior baru , sambil menambahkan bahwa Pastor Rinaldi, yang merupakan anak didikan langsung Don Bosko dan bersekolah di bawah kepemimpinan Pastor Rua dan Pastor Albera, dapat dianggap sebagai pilihan Tuhan. Sambil menyuarakan kepuasan dan kebahagiaan para Salesian sendiri, Fr. Joseph Vespignani, mantan provinsial di Argentina dan anggota Superior Council yang baru dilantik, berkata, “Rektor Mayor kami adalah penerus Don Bosko, Pastor Rua dan Pastor Albera yang pantas. Ia sungguh-sungguh merupakan Don Bosko kami yang keempat seperti yang telah kami anggap sejak pemilihannya... Saya dengan tulus yakin bahwa ia adalah seseorang yang benar-benar dibutuhkan oleh Kongregasi kita saat ini, benar-benar hadiah dari Hati Kudus Yesus dan Maria Penolong Umat Kristiani untuk kita.”
Perasaan pribadi Pastor Rinaldi tentang posisinya yang baru benar-benar sesuai dengan karakternya. Kepada keponakannya, Philip Rinaldi, yang berkunjung untuk mengucapkan selamat kepadanya setelah pelantikannya, ia berkata: “Seharusnya engkau tidak usah repot-repot datang kesini dari Lu hanya untuk hal ini.... “
“Tapi paman, sebuah kehormatan besar telah jatuh kepadamu dan keluarga kita....”
“Hanya sedikit tambahan kerja dan tanggung jawab, Philip,” jawabnya sambil tersenyum.
Seorang Suster Salesian, yang terbiasa mengungkapkan pikirannya dengan kata-kata yang sedehana dan terus terang, berkata kepadanya, sewaktu Pastor Rinaldi sedang mempersiapkan misa di Kapel Oratori perempuan: “Pastor, kami sangat gembira dan bersyukur bahwa engkau sekarang Superior General kami. Apakah engkau tidak merasa begitu? Engkau terlihat sedih...” Ia menjawab, dengan terlihat sedikit terhibur, “ Saya tidak akan mengatakan bahwa saya gembira, Suster; tetapi saya juga tidak sedih. Dan jika saya bersyukur, hal itu disebabkan karena saya sekarang berada pada posisi dimana saya harus memperbaiki diri saya sendiri dan bekerja lebih keras lagi untuk Tuhan. Maukah engkau berdoa untukku?”
Kapitel mengadakan sesi terakhirnya tanggal 9 Mei. Pertemuan-pertemuannya benar-benar panjang dan melelahkan, tetapi ada sedikit istirahat tanggal 4 Mei dimana seluruh peserta Kapitel pergi berziarah ke tempat kelahiran Don Bosko di Becchi dekat Castelnuovo. Kata-kata Pastor Rinaldi selalu dinanti-nantikan pada akhir setiap pertemuan. Fr. Bernardo Savare berkata: “Saya benar-benar kagum atas ketajaman pikiran-pikirannya dan keputusan-keputusannya yang masuk akal. Dia benar-benar tepat mengetahui inti masalahnya, tidak peduli betapapun rumitnya. Pada waktu ia selesai berbicara, bahwa kami semua merasakan bahwa ia tidak hanya menjelaskan maksudnya dengan baik sekali, tetapi juga telah melakukannya di bawah doktrin murni Salesian.”
Komentar-komentarnya pada akhir sebuah sesi yang berbicara tentang kesalehan benar-benar berbobot. Setelah membagikan sebuah kopi dari tulisan Pastor Albera tentang kesalehan kepada tiap anggota Kapitel, ia berkata: “Janganlah kita lupa bahwa yang benar-benar penting adalah semangat kesalehan. Mereka yang, dengan melalaikan doa, menyibukkan diri mereka sendiri dengan banyak hal, hanya akan membuat banyak keributan. Jika keajaiban-keajaiban benar-benar terjadi, mereka hanya tercapai lewat kesalehan yang kuat.
Ia menyampaikan sebuah peringatan untuk masalah pendidikan seks. Hal ini haruslah ditujukan kepada tiap pribadi anak muda daripada kepada sebuah grup. Perkembangan alami setiap pribadi harus dijadikan pertimbangan untuk tiap pribadi. Di depan umum, ia menambahkan bahwa sang pendidik harus menekankan pentingnya pikiran dan tubuh yang bersih, bahaya-bahaya yang berasal dari pikiran dan percakapan yang lepas, penghormatan kepada diri sendiri dan orang lain.
Berbicara pada pertemuan Kapitel tanggal 3 Mei, ia mendorong kewaspadaan penuh atas masalah-masalah yang berhubungan dengan politik. “Bapa Kami merupakan inti politik kita,” katanya. ”Kerajaan Tuhan dan makanan harian anak-anak kita haruslah menjadi perhatian kita. Patriotisme adalah suatu hal yang sangat baik, bahkan sebuah kewajiban... Marilah kita mencintai negara kita sendiri dan menghormati negara orang lain; tetapi janganlah kita lupa bahwa kita harus mengikuti Yesus Kristus dengan semangat Katolik yang benar – universal, hanya mencari kebaikan untuk jwa-jiwa.
Pada sebuah pertemuan yang terakhir Kapitel, ia mengundang para provinsial dan para delegasi untuk mengingat peringatan 400 tahun kematian St. Fransiskus dari Sales, dan untuk membuat hidupnya, tulisan-tulisannya serta semangatnya dikenal luas oleh banyak orang. “Ia adalah santo pelindung kita,” tegasnya. “Don Bosko memberikan dia sebagai model kita. Semakin kita belajar tentang dia, kita akan semakin mengenal Pendiri kita.”
Pidato yang ia sampaikan untuk menutup Kapitel ini, pada tanggal 9 Mei, benar-benar menyentuh. Ia berterima kasih pada para peserta atas pelantikannya, karena “sejak sekarang,” katanya, “saya mempunyai kewajiban untuk meluaskan hatiku dan mencintai para sama saudara, semuanya, dengan lebih dalam. Saya sudah tua,” lanjutnya, “dan saya harus menghabiskan tahun-tahun terakhirku dengan baik. Saya harus bekerja lebih keras supaya lebih menyerupai Don Bosko dan lebih dekat dengan Tuhan kita... Saya ingin berterima kasih untuk para penolong yang hebat yang telah kalian berikan kepadaku. Kalian tidak mungkin berbuat lebih baik dan saya tidak mungkin merasa lebih puas dari ini... Kita bertujuh di Council, dan adalah harapan saya yang paling besar bahwa kami dapat membuat diri kami dicintai oleh setiap orang di Kongregasi kita. Jika, suatu saat ada sama saudara yang merasa bahwa dia merasa tidak bisa menceritakan rahasiana kepadaku, saya berharap agar dia dapat menceritakan rahasianya pada salah satu anggota Council. Saya akan merasa senang jika para provinsial, rektor dan semua sama saudara menulis surat kepadaku secara langsung, karena saya ingin menjadi seorang bapa untuk mereka semua; tetapi mereka juga tidak usah ragu untuk menulis surat kepada anggota-anggota Council yang lain, karena saya akan merasa gembira jika para superior ini bisa menggantikan saya saat saya tidak mampu.
“Saya akan menutup pidato saya dengan satu topik lagi. Don Rua selalu patuh terhadap peraturan-peraturan kita setiap saat. Ia benar-benar keras dan ketat terhadap dirinya sendiri sampai akhir, namun penuh dengan kebaikan terhadap orang lain. Pastor Albera akan selalu menjadi model kesalehan untuk kita semua. Meniru kecermatan Don Rua dan kesalehan Pastor Albera, kita akan mempertahankan secara utuh semangat Don Bosko diantara kita, dan akan patut mendapatkan berkat Tuhan yang lebih berlimpah untuk Kongregasi kita. Semoga Bunda kita, Penolong Umat Kristiani memberkati kalian; semoga Dia membantu kita untuk mempertahankan resolusi yang telah kita buat selama Kapitel ini.”
Pastor Rinaldi bukanlah orang yang terakhir berbicara di pertemuan terakhir Kapitel ini. Tergerak oleh semua yang ia lihat dan dengar, Fr. Julius Barberis, pembimbing spiritual Kongregasi, tidak dapat menahan dirinya sendiri untuk mengungkapkan kegembiraannya, “rasa syukurnya kepada Bunda kita,” seperti yang ia istilahkan, karena telah memberkati Kongregasi dengan “seorang bapa yang hebat dan dicintai seperti Pastor Rinaldi.” Peristiwa ini benar-benar menyentuh hari para peserta Kapitel. Mereka mengetahui bahwa Rektor Mayor mereka yang baru adalah anak spiritual Pastor Barberis, yang merupakan Salesian tertua di Kapitel ini dan dikenal sebagai salah satu anak kesayangan Don Bosko. Tepuk tangan dengan berdiri setelah kata-katanya selesai diucapkan hanya menegaskan perasaan seluruh peserta sesudah pemilihan ini, bahwa dalam diri Pastor Rinaldi, Kapitel telah memberi Kongregasi kita seorang Don Bosko baru.