RM Strenna 2018

PRESENTATION OF STRENNA 2018

Roma, 16 Juli 2017

Pesta St. Perawan Maria dari Karmel


Tuan, Berikanlah aku Air itu (Yoh 4:15)

MARILAH KITA MENUMBUH-KEMBANGKAN SIKAP MENDENGARKAN DAN MENDAMPINGI


Frase yang singkat dari Strenna mengungkapkan permintaan hati dari seorang wanita Samaria kepada Yesus di Sumur Yakub. Melalu perjumpaan dengan Yesus, wanita itu merasa bahwa ia didengarkan, dihormati dan diberikan apresiasi; hal ini menumbukan dalam hatinya untuk meminta suatu yang lebih berharga: “Tuan, berikanlah aku Air itu” (Air yang memberikan kepenuhan hidup yang ditawarkan Yesus kepadanya)

Melalui Tema utama dari Perikop ini, kita akan menunjukan, dalam konteks Synode Uskup-Uskup yang akan datang ( “Orang Muda, Iman dan Pemilihan Panggilan – Vocation Descerment), pentingnya kehadiran Keluarga Salesiand dan misi mereka di Dunia. Dengan menumbuh-kembangkan Sikap Mendengarkan yang sangat berharga dan pendampingan, dengan suatu kondisi yang dapat dipastikan, tuntutan dan pelayanan yang terdapat dalam hal mendengarkan dan pendampingan, dalam suatu proses yang personal, Kristian dan pengambangan Panggilan.


Suatu Perjumpaaan yang Berkesan

Untuk memulai refleksi ini, kita harus membaca dengan tenang dan meditatif perikop injil yang kita kenal sebagai “Perjumpaan Yesus dengan Seorang Wanita Samaria.” (Yohanes 4:3-42); perjumpaan yang menjadi sebuah Icon yang mengarakan kita bagaimana Yesus ber-relasi dengan wanita ini, suatu relasi yang singkat yang ia bangun, dan konsekuensi dari perjumpaan dengan Yesus dalam hidup Wanita itu.


Ketika itu datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Yesus berkata kepadanya, “Berilah Aku Minum”.

Murid-Murid baru saja pergi ke kota untuk membeli makanan.

Perempuna itu berkata kepada-Nya, “Bagaimana mungkin Engkau, seorang Yahudi, meminta minum daripadaku, seorang Samaria dan seorang Perempuan.” (Yohanes 4: 7-9 – Versi Kitab Suci Komunitas Kristiani).


Yesus ada dalam situasi dimana ia merasa lemah dan tidak berdaya dihadapan suatu kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi Wanita Samaria ini, Ia adalah seorang asing , ia haus, ia tidak punya timba untuk mengambil air, dan sumur itu sangat dalam tidak dapat dijangkau dengan tangannya.

Di lain hal, seperti yang diungkapkan dalam cerita, wanita itu mempunya suatu reputasi yang tidak baik, untuk mengungkapkan secara halus, dan hidup dengan situasi perkawinan yang tidak umum.

Sebagai tambahan, antara Yesus dan Wanita Samaria ini ada suatu penghalang budaya dan agama, suatu kasus tentang prilaku yang tidak pantas, sesuai dengan budaya pada waktu itu, untuknya meminta air dari seorang wanita seperti ini.

Pada situasi seperti ini, dari pandangan kita, kita dapat melihat suatu hal yang sangat menarik: Suatu tempat yang Sekular, sebuah sumur di suatu desa, yang menjadi tempat untuk berjumpa dengan Tuhan.

Yesus adalah seorang pemeran utama dan seorang yang memimpin dalam perjumpaan, dalam hal mendengarkan dan memulai diskusi, mempunyai suatu rencana untuk melakukan perjumpaan ini, dengan cara mendengarkan orang lain dan memahami situasi orang ini, yang ia ketahui secara intuitif.

Untuk kita jaman sekarang, Proses mendengarkan ini adalah suatu seni (sikap), “ Kita harus melatih diri kita dalam seni (sikap) mendengarkan ini, yang tidak hanya sekedar mendengarkan. Mendengarkan dalam suatu komunikasi, adalah membuka hati yang memungkinkan terciptanya suatu kedekatan dimana hal ini tidak dapat terjadi tanda ada suatu perjumpaan spiritual yang sejati.

Proses mendengarkan ini dimuali dengan sebuah perjumpaan yang menjadi kesempatan untuk secara terbuaka masuk kedalam relasi manusiawi, “dengan pandangan yang penuh belaskasih dan hormat yang juga dapat menyembuhkan, membebaskan, dan menyemangati suatu perkembangan Hidup Kristiani.

Ketikat perjumpaan terjadi seperti ini, dari semuanya mendegnarkan:

  1. Mengembangkan keterbukaan kepada orang lain

  2. Mengajak seseorang untuk memberikan seluruh perhatiannya kepada apa yang orang lain katakan dan membuat suatu usaha yang sadar untuk memahami pada yang orang lain mau komunikasikan.

  3. Mendampingi dengan penuh perhatian orang itu dan apa yang ia cari dan harapkan.

  4. Mengesampikan latar belakang seseorang, situasi seseorang, supaya, sedapat mungkin untuk masuk kepada kebutuhan orang lain.

  5. Mendengarkan, dengan singkat, adalah sebuah seni yang meminta untuk memberikan perhatian kepada orang tersebut, perjuangan hidup nya, kelamahannya, kegembiraanya, pengorbananya, dan segala harapannya, kenyataanya kita tidak bisa membatasi diri kita dengan mendengarkan sesuatu saja, tetapi kita harus lebih attentive kepada seseorang.

  6. Mendegarkan seperti ini ketika itu mengacu pada pendampingan spiritual pribadi melampaui dimensi psikologi dan menuntut suatu dimensi spiritual dan religius, karena itu mengajak kita untuk masuk kedalam jejak langkah dimana seorang menunggu Seorang.

  7. Pandangan kita sebagai seorang pendidik selalu mengarah kepada secara khusus kepada Orang muda dan kepada hidup keluarga mereka, memberikan kita jaminan ada banyak hal yang baik di setiap hati. Dan ada suatu kebutuhan untuk membawa hal-hal positif tersebut melalui suatu usaha memberikan perhatian yang terus menerus kepada diri kita, terbuka terhadap orang lain, mendengarkan dan berrefleksi.

Mendengarkan jenis ini harus mengarahkan kita dalam memahami secara tepat kebutuhan-kebutuahan oran muda sekarang ini, dari waktu ke waktu kebutuhan orang tua mereka, atau kepada orang-orang yang dengan mereka kita selalu menjalin kontak dalam karya kita. Kenyataanya orang muda datang kepada kita tidak karena mereka mencari suatu pendampingan tetapi karena tekanan kebutuhan hidup mereka, ketika mereka menghadapai keragu-raguan, masalah, kebutuhan mendadak dan kesulitan, pertikaian, ketegangan, keputusan-keputuasan yang harus diambil, kondisi yang problematik yang harus dihadapi.

Dan pada umumnya, mereka datang jika ada seseorang yang mengambil langkah pertang untuk menunjukan perhatiaan kepada mereka, mendekati mereka, dan membagikan waktu dengan mereka. Seringkali perjumpaan yang biasa ini dapat menjadi pintu masuk kepada suatu perziarahan yang serius yang mengarah kepada perkembangan … hal ini terjadi dalam perjumpaan Yesus dengan Wanita samaria yang datang ke Sumur untuk mengambil air.


II. Perjumpaan yang Mengarahkan Seseorang kepada hal yang Lebih Besar

Jawab Yesus, “sekirannya engkau mengetahui Karunia Allh dan siapa yang meminta minum kepada mu, maka engkaulah yang akan meminta agar Aku memberi kepadamu air Hidup”.

Jawab perempuan itu, “Tuan, engaku tidak mempunyai timba dan perigi ini amat dalam; dimanakah air hidup itu?”

Yesus berkata kepadanya, “barangsiapa minum dari air ini, akan haus lagi; akan tetapi, barangsiapa minum dari air yang akan Kuberikan kepadanya, tidak akan pernah haus lagi.

Perempuan itu berkata kepada-Nya, “berilah aku air itu, supaya aku tidak haus lagi…” (Yohanes 4:10-15)

Yesus, sebagai Guru kebijaksanaan dan juga juru bicara yang baik, mengunakan semua kata-kata yang dapat diungkapkan - ekpressi dan gerak – untuk membuat kontak untuk seseorang.

  • Ia bertanya, berdiskusi, menjelaskan, bercerita, memperhatikan cara, orang yang dia ajak bicara, melihat sesuatu, memberikan usulan, memberikan afirmasi, dan juga memancing reaksi.

  • Ia membantu wanita itu untuk menghadapi keadaanya nyata dalam hidupnya dan kepada jawabnya yang ditutupi; bahkan dengan keadaan-nya yang sangat bermasalah - seperti yang dikatakannya dalam kalimat ini -, “saya tidak mempunyai suami.”

  • Yesus tidak pernah putus asa, ia tidak menyerah ketika ia menghadapi penolakan awal.

  • Pecakapan ini membantu wanita itu untuk menjelaskan segala keragu-raguan, untuk mengungkapakan dirinya secara jujur, jawaban - jawaban yang berwibawa dan menggugah menarik wanita itu lebih dekat dan dia mulai bertumbuh dalam kepercayaan dan secara mengejutkan pula mendorong ia untuk mendapatkan sesuatu yang dapat membuat hidupnya lebih baik.

Yesus, yang selalu berbicara tentang hal-hal yang baik tentang orang lain, orang yang bercakap dengannya, daripada memberikan suatu penghakiman Moral yang menimbulkan pertentangan dan ekspresi tidak setuju, membangun suatu relasi yang personal.

  • Daripada menyalahkan, ia berdiskusi dan membuat usulan

  • Bahasa yang ia gunakan, kata-kata diarahkan kepada hati seseorang yang ia ajak bicara.

  • Dalam percakapan-percakapannya (khususnya dalam kesempatan dengan wanita samaria ii), ia berbicara dengan tenang, ia tidak tergesa-gesa menunjukan dirinya sebagai seseorang yang akan mengubah hidupnya, supaya perlahan-lahan dapat menimbulkan dalam dirinya keinginan untuk mendapatkan akses kepada air hidup yang menjanjikan suatu hidup yang lebih baik, berbeda dan khusus.

Yesus sebagai Ahli dalam hal Kemanusian. Menunjukan dirinya sebagai seorang yang penuh perhatian dan juga tertarik akan dunia hati orang-orang yang bercakap dengannya, ia mengetahui hati mereka, mempelajari dan tahu bagaimana menterjemahkannya.

Sikap dari Tuhan ini membuat kita mengerti tentang pentingnya Rahmat Discerment.

Dalam tradisi Gereja, praktek discerment telah diterapkan dalam berbagai situasi. Misalnya, menentukan tanda-tanda zaman, atau menentukan pandangan dalam perilaku moral, atau Discerment spiritual ketika dihadapkan dengan pertanyaan panggilan seseorang atau pilihan hidup seseorang. Dalam hal-hal ini, percakapan dengan Tuhan dan mendengarkan suara Roh Kudus adalah penting; bagaimanapun juga, ada hal-hal yang mendasar (fundamental pre-requisites), yang membuat discerment dapat terjadi.

  • Awal dari ini harus mengarahkan setiap individu, orang muda, suami-istri, atau salah satu dari mereka, untuk merasakan keingian untuk memberikan arti dalam hidup mereka, untuk membuat hal itu berarti (significan). Pada situasi inilah seseorang dapat menyadari bahwa ada sesatu yang tidak berjalan dengan baik.

  • Ketika seseorang merasakan ada yang tidak baik, tidak hidup secara harmoni dan tidak menemukan arti yang sesungguhnya akan apa saja yang terdapat dalam diri mereka, atau unsur “kita” dalam suatu perkawinan, dalam suatu keluarga, situasi ini akan meningkat dari kekosongan Esistensial, yang terkadang mengarahk kepada kehilangan aran dan putus asa dalam hidup seseorang.

  • Dalam setiap masyarakat dimana kita hidup yang membuat kita menghidupi hidup kita dari luar, seperti hanya kita sebuah bejana kaca, tanpa ada keterbatasan dan kekurangan, tanpa pernah menjadi tua atau bertumbuh tua, karena “itu adalah hal yang tidak baik” …, dari semua itu perlunya ada pendidikan yang mendorong kepada suatu bentuk hidup yang mendalam dan pribadi.

Ini adalah situasi-situasi yang dapat memberikan stimulus, menyemangati atau mengawasi dengan sikap discerment, dan yang orang harus lalui dalam proses discerment seperti yang Paus Fransiskus usulkan dalam surat persiapan Synode, dengna mengenal, menginterprtasikan, dan memilih.

MENGENAL, dalam terang inspirasi Roh Kudus.

  • Untuk memiliki kepastian dalam jatuh dan bangun momen hidup kita; dalam periode ini biasanya terjadi pergulatan batin.

  • Untuk mendapatkan suatu hasil dari semua keunggulan emosi yang orang dapat miliki dan mengenali apa yang dialimi atau apa yang ditemukan hadir dalam diri mereka.

  • Untuk menangkap rasa yang saya temukan baik yang sejalan dan tidak sejalan diantara apa yang saya alami dan apa ada di dalam hati.

  • Semua ini dapat diterangkan dengan bantuan Sabda Tuhan yang selalu kita meditasikan. Menjadikan hal yang utama pada kemampuan untuk mendengarkan; perasaan afekti seseorang, tanpa takut akan keheningan.

  • Mengambil segala hal yang ada sebagai bagian dalam perjalanan untuk bertumbuh dalam kedewasaan.

Menginterpretasikan

  • Adalah, memahami apa yang Roh Tuhan panggil dalam diri seseorang untuk melakukan melalui apa yang diarahkan dalam diri setiap orang.

  • Menginterpretasikan dan menginterpretasikan diri sendiri adalah suatu tugas yang sensitif yang membutuhkan kesabaran, kewaspadaan, dan bahkan pengetahuan yang tepat. Penting untuk mengetahui bahwa setiap keadaan sosial dan psycological hadir.

  • Menjadi suatu hal yang penting untuk menghadapi kenyataan, dan pada saat bersamaan tidak mudah untuk puas akan hal yang minimun, atau hanya menghadapi hal-hal yang mudah, sadar akan telenta yang dimiliki dan segala kemungkinan.

  • Secara natural tugas menginterpretasikan ini tidak dapat berkembang dalam seorang berimana, dalam diri orang Kristiani: tanpa ada percakapan yang terjadi dengna Tuhan (suatu percakapan seperti yang terjadi pada wanita samaria terjadi bersama Yesus).

  • Tanpa seluruh kapasitas dari seseorang ikut ambil bagian (bertindak sejauh apa yang terjadi bukan suatu yang tidak penting, seperti yang terjadi dalam hati wanita yang bercakap dengna Yesus).

  • Tanpa ada bantuan dari seseorang yang berpengalaman dalam mendengarkan Roh Kudus ( seseorang, dalam perikop injil dimana Yesus snediri yang mengarahkan wanita itu).

MEMILIH

Waktu nya tiba untuk seorang individu, orang muda, suami atau istri …, harus dapat memutuskan, melatih suatu kebebasan manusiwi yang sejati dan tanggung jawab yang personal.

Wanita Samaria harus memutuskan sendiri apakah akan mengabaikan Yesus dan melanjutkan hidupnya seperti tidak terjadi apa-apa dalam perjumpaan, atau apakah harus membuat suatu keputusan untuk membiarkan dirinya dikejutkan kehadirannya dan turut serta sampai pada titik ia memanggil sahabat-sahabatnya di kampung karena orang tersebut telah masuk kedalam hidup nya yang paling dalam.

  • Pilihan yang dibuat selama proses discerment yang dambil dengan terang roh Kudus, sering kali membawa seseorang pada kebebasan, dan juga pada waktu yang sama kehidupan yang sejalan.

  • Untuk alasan ini, dapat dikatakan bahwa untuk memberikan dorongan kepada seseorang dan secara khusus orang muda membuat suatu pilihan hidup yang sungguh-sugguh bebas dan bertanggung jawab adalah tujuan akhir dari setiap perjalanan iman dan pertumbuhan pribadi (dan dalam setiap karya panggilan suatu yang seorang dapat banyangkan.

Discerment – Paus mengatakan kepada kita, “adalah alat utama yang memberikan perlindungan kepada suara hati yang tidak akan salah, tanpa berpikir untuk mengantinya.” Hal ini karena “ kita dipanggil untuk membantuk suara hati, tidak untuk menggantinya.” Mengikuti contoh Yesus yang bercakap dengan wanita samaria, menemaninya kepada suatu perjalanan menuju kepada kebenaran dan kehidupan batinnya.


SUATU PERJUMPAAN YANG MENGUBAH HIDUP

Pada saat itu tibalah murid-murid dan mereka sangat heran melihat Yesus sedang berbicara dengan seorang perempuan; namun tidak seorangpun yang berkata, “apa yang kau kehendaku?” atau “mengapa engkau berbicara dengan dia?” Perempuan itu meninggalkan tempanyan-nya di situ lalu lari kedalam kota. Ia berkata kepada orang-orang di kota itu, “Datanglah dan lihatlah seorang yang telah mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat! Mungkin dia itu Kristus?” Mereka pun keluar dari kota dan pergi menemui Dia.

Banya orang Samaria di kota itu percaya kepada-Nya ketika mereka mendengar perempuan itu berkata, “Ia mengatakan kepadaku segala sesatu yang telah ku perbuat.” Maka mereka datang kepada-Nya dan meminta Dia tinggal bersama mereka. Dan Yesuspun tinggal disitu dua hari lamanya. Sesudah itu lebih banyak lagi orang yang percaya kepadaNya karena mendengar perkataan-Nya sendiri. Mereka berkata kepada perempuan itu: “Sekarang kami percaya bukan lagi karena apa yang telah kauceritakan kepada kami; sebab kami sendiri telah mendengar dan kami tahu bahwa inilah Penebus Dunia.” (Yohanes 4: 27-30, 39-42)


Wanita samaria yang mucul dalam cuplikan injil sebagai seorang wanita dari Samaria dan ia meninggalkan hal ini stelah mengatahui, dengan jalan yang pribadi, sumber air hidup yang mana ia didorong untuk berlari dan mengatakan kepada orang-orang di desa-nya. Apa yang telah terjadi padanya dan melalui kesaksiannya, ada banyak orang yang datang kepada Yesus.

  • Bagi mereka yang bertemu dengannya, seperti dalam hal wanita samaria ini. Yesus tidak memberikan banyak hal untuk dipikirkan atau untuk diketahui tetapi ia memberikan jalan untuk berkembang dan mengubah hidup. Meskipun “Sumur Yakub”, simbol dari kebijaksanaan yang datang dari Hukum. Hilang nilainya dna diganti dengan air kehidupan (Sumber Air Hidup)

  • Gambaran Tuhan yang muncul dari pertemuan ini bukan lah seorang allah yang tidak memiliki belaskasih, jauh dan Filosofis, tetapi Yesus menunjukan dirinya sebagai Tuhan yang memberi hidup, yang dapat dipanggil sebaga Bapa, yang tidak menjauhkan dirinya, selalau mengatur atau memiliki, karena ia adalah Roh (yang disembah dalam Roh dan Kebenaran).

  • Kesimpulan dari perjumpaan ini melebihi apa yang diharapkan dari setiap akhir yang biasa, bahwa perempuan itu akan kembali kepada kehidupannya yang biasa dengan air yang penuh. Melainkan ia meninggalkan tempayan air nya kosong supaya ia dengan segera pergi dan memanggil para tetangganya, berbicara tentang keberuntungan bukan kehilangan.


SEPERTI YESUS … MENDAMPINGI

Ada banyak cerita dalam kitab suci yang mengatakan pertama-tama tentang kisah Allah yang berjanji untuk mendampingi umatnya seluruh hidupnya.

Pemisiah antara 2 perjanjian, Yohanes Pembaptis hadir sebagai seorang pendamping spiritual dalam injil, pertama untuk Yesus sendiri Yohanes dapat menjadi saksi dana menyiapkan jalan karena Tuhan telah berbicara dalam hatinya.

Pada banyak kesempatan dalam perjanjina baru Yesus menjadi seorang tetangga (sahabat), sesama peziarah untuk mengkomunikasikan dirinya dan berjumpa orang-orang pada masanya dengan cara yang personal.

Perjumpaan Tuhan dengan wanita Samaria membantu kita untuk melihat cara dari Roh Tuhan dapat bertindak dalam hati setiap pria dan wanita. Hati manusia ini karena kelamahan dan dosanya dirasa sering membingungkan dan memecah belah, terikat oleh cobaan-cobaan dan usulan-usulan yang terkadang beragam dan sering berlawanan.

Dihadapkan dengan dilema Manusiawi, pendampingan yang personal nampak sebagai suatu yang menjadi sebuah sarana yang sangat valid dari Tradisi Kristiani. Dalam keinginan untuk membabtu orang yang percaya mencapai instrument dan sumber-sumber yang memampukan mereka untuk menyadari kehadiran Tuhan, tantangan-tantanganya dan juga panggilannya.

Bagimana kita dapat mengambarkan suatu Pendampingan? Sebagai Contoh “percakapan yang terus menerus antara teman untuk menyambut hidup; suatu dialog yang memiliki tujuan untuk menguatkan. Relasi antara individu (perorangan) dan Tuhan, membantu mereka keluar dari berbagai masalah.

Seperti halnya Yesus sendiri, disetiap pengalaman pendampingan:

  • Pandangan (tatapan) yang penuh cinta, seperti saat Yesus memanggil keduabelas murid kepada panggilan mereka (Yoh 1:35-51)

  • Perkataan yang penuh wibawa, seperti Yesus sendiri dalam sinagoga di Kapernaum (Luk 4:32)

  • Kemapuan untuk menjadi lebih dekat dengan seseorang seperti Yesus dan wanita dari Samaria (Yoh 4:3-34:39-42)

  • Keputusan untuk berjalan beriringan, untuk menjadi teman dalam perjalanan seperti Yesus dan murid-muridnya yang menuju ke Emaus. (Luk 24: 13-35)

Oleh sebab itu pendampingan

  • Mengetahui perjalanan yang diambil oleh seseorang, tujuan yang akan mereka capai dan keman mereka akan pergi, supaya kita bisa berjalan bersama mereka.

  • Memastikan bahwa ada suatu perjumpaan yang menjadi kesempatan untuk menjalin relasi yang adalah manusiawi dan memanusiakan tidak sekedar utilitarian (berdasarkan manfat)

  • Dengan mendengarkan (kembali lagi yang harus ditekankan adalah bagaimana seni (keterampilan) dlam hal mendengarkan, yang membuat hal itu mungkin untuk mengetahui dan memahami dari mana orang tersebut (latar belakang orang tersebut), perjalanan yang sedang mereka hadapi, kesedihan, dan juga kecilnya harapan, kelelahan dan pencarian.

  • Hal itu juga harus menjadi perjumpaan dalam meditasi karena yang menjadi teman seperjalanan adalah Roh Kudus.

  • Seorang yang mendampingi dan teman seperjalanan harus menjadi saksi dan pewarta tindakan Roh dalam diri seseorang yang didampingi, tetapi secara diam-diam, tinggal di pinggiran, gembira untuk menempati tempat yang telah disediakan bukan yang lain dalam pendamapingan spiritual yang benar membantuk pengalaman yang mendasar untuk berjumpa dengan Tuhan.

  • Untuk menemukan jalan diman Tuhan menampakan dirinya dalam hidup sampai pada suatu suatu hal yang mengejutkan kita ketika kita berjumpa dengannya.

  • Inisitative salalu berawal dari Tuhan kita harus menunjukan tanggung jawab dan kebebesan.

Semua hal ini berdasarkan pada pedagogi Proses, yang umum dalam tradisi Spiritualitas “Kehidupan Kristiani” dijalankan dengan progessive, sesuai dengan perbedaan yang mendasar dari kedalaman dan kepenuhan, dan selalu terbuka kepada setiap perkembangan yang lebih besar.

  • Mengikuti proses-proses yang tidak dapat dipaksakan baik dari dalam maupun dari luar.

  • Sampai pada titik menjadi sadar pada proses dan membuat hal tersebut menjadi suatu yang pribadi dengan hal itu adalah Roh Kudus yang membuka dalam setiap orang.


DENGAN TINDAKAN PASTORAL DALAM PIKIRAN KITA …?

Ini menjadi bagian akhir dari sternna, yang saya akan tampilkan dengan penuh pada akhir tahun ini karena itu berbicara tetang suatu penerapan pastoral yang tidak dikatakan sejauh ini. Saya akan mengarah kepada inti-inti yang strategis untuk metode pastoral dalam gereja pada saat ini. Dan pada apa yang khusus dalam spiritualitas Salesian. Saya ingin mengembangkan beberapa point yang saya indikasikan dalam beberapa judul.

  • Berjalan bersama orang muda, dengan keluarga, ayah dan ibu, yang ingin mengikuti jalan ini. Dengan ini dalam pikiran kita, kita berharap anggota-anggota keluarga salesian yang berbeda dapat sungguh-sungguh masuk kedalam misi.

  • Menyiapkan kesempatan-kesempatan bagi semua orang muda tanpa ada pengecualian, karena Roh Kudus bekerja pada setiap orang.

  • Dengan komunitas pendidikan, religius atau awam merasa bertanggung jawab dalam setiap pendidikan dari setiap generasi.

  • Didalamnya orang dewasa menjadi yang spesifik dan mampu untuk menjadi acuan.

  • Dengan cara yang sesuai.


DALAM PERSABAHATAN DENGAN WANITA SAMARIA … Seperti Yesus memanggil pengikutnya, kepada tujuan yang ia inginkan saat ini.