Magone Bab IX

BAB IX

"SHLOOP"


Mickey mengaku kepada Tom, "malaikat pelindungnya", bahwa ia banyak berubah dari kebiasaannya waktu masih tinggal di Carmagnola. Ia selalu gemar berolahraga tetapi lebih menikmatinya sejak belajar bermain jujur dan adil, dan mematuhi semua peraturan permainan. Karena belajar lebih giat, ia terkejut ketika sadar pelajaran-pelajarannya menjadi lebih mudah. Teater dan paduan suara telah membuka kehidupan baru baginya.

Mungkin perbedaan paling mencolok yang paling diperhatikannya adalah pendapatnya mengenai gereja. Ia selalu menganggap waktu yang dihabiskannya di gereja hanyalah mengganggu waktu bermain dan bersenang-senangnya. Dan disini, di oratory, ia bisa bersenang-senang sambil tetap giat di gereja, walaupun ia nyaris tak menyadarinya. Entah bagaimana semuanya menjadi pusat kehidupan yang mempersatukan semua kegiatannya. Sekarang ia menyukai misa pagi dan tak ingin bermimpi memulai satu hari tanpa mempersembahkannya dahulu kepada Tuhan. Ataupun membayangkan pergi tidur tanpa terlebih dahulu menyelinap ke dalam gereja untuk memohon ampun kepada Tuhan karena gagal mempertahankan suatu resolusi. Sekarang ia mengerti penyebab "menghilangnya" beberapa anak ke dalam gereja setiap hari. Sekarang, ia sering "menghilang" juga walaupun tak terlalu lama.

Tom mengetahui perubahan-perubahan dalam penampilan Mickey. Pakaiannya lebih bersih dan terjaga rapi; tangan, wajah, dan rambutnya memperlihatkan pengaruh disiplin yang tak pernah diterimanya. Olahraga membuat bahunya bertambah bidang dan menghilangkan kecenderungannya untuk membungkuk. Kepalanya lebih tegak dan bola matanya tidak lagi memancarkan kegelisahan dengan pandangan-pandangan tersembunyi. Perasaan aman membuat matanya bercahaya dan langkahnya lebih ringan.

Liburan musim panas telah tiba dan hampir berlalu tetapi Mickey tidak menunjukkan tanda-tanda ingin pulang ke rumah. Anak-anak yang mengetahui kalau ia memiliki rumah mengganggapnya aneh dan bertanya mengapa ia tidak pulang berlibur. Jawaban Mickey adalah ia merasa sayang untuk melewatkan saat-saat di oratory yang sangat berharga.

Alasannya sepertinya kebenaran. Tetapi ia memiliki alasan lain yang lebih penting untuk tidak pulang ke rumah. Ia tahu dengan kembali ke Carmagnola akan membuatnya bersusah hati. Ia begitu mencintai ibunya dan ia sangat menghargai anak buahnya dulu. Bukannya karena ia tidak mau bertemu dengan mereka, tapi karena akan adanya perbedaan besar antara saat dulu dan sekarang. Tepatnya, ia lebih takut akan kenangan kenangan masa lalunya, teman-temannya dulu, ingatan akan kekeliruan dan kebaikannya, semuanya akan datang dan mencoba menyeretnya kembali ke kehidupan yang diketahuinya tidak benar.

Beberapa hari sebelum pelajaran sekolah dimulai, Don Bosco memberi Mickey saran kalau ia seharusnya pergi ke Carmagnola untuk berkunjung sebentar, setidak-tidaknya menjumpai mamanya dan berterimakasih kepada orang-orang yang sudah berbaik hati membantunya. Ia menyetujui usul itu karena dicetuskan sendiri oleh Don Bosco. Dengan perasaaan campur aduk ia bersiap-siap untuk perjalanan pulang.

Besok paginya ia menumpang kereta api ke Carmagnola dan sekali lagi hatinya tergetar melihat pemandangan yang berkejar-kejaran melalui jendela kereta api yang melaju cepat. Ia mengagumi ketenangan petugas kereta api dengan tanda sinyal berwarna hijaunya, memberi tanda agar kereta api bergerak meninggalkan stasiun untuk kemudian meloncat menaiki kereta api dengan tenang walaupun terlihat sembrono. Perjalanan ternyata jauh lebih cepat dari perkiraannya karena perjalanannya ke Turin dahulu lebih lama. Begitu melangkah keluar stasiun kereta api ia segera melangkahkan kaki menuju rumah.

Orang pertama yang dijumpainya begitu berbelok ke jalan yang menuju rumah tidak lain dan tidak bukan adalah kawan lamanya, Greaser. Ia sangat gembira bertemu Mickey sehingga mengikutinya sampai kerumah sambil melonjak-lonjak kegirangan. Sepanjang jalan ia disapa oleh tetangganya yang sedang menjemur pakaian. Mereka menyukai Mickey dan berkomentar dengna sopan.

"Lihat, siapa yang datang! Wah, kamu keren sekarang, Mickey! Benar-benar lelaki terhormat, Tuhan memberkatimu."

Greaser meninggalkan Mickey untuk memberitahukan kabar kedatangannya kepada "geng" dan mempersiapkan pesta penyambutan di tempat persembunyian ketika sampai di bawah anak tangga yang menuju rumahnya. Mickey melambaikan tangan menyampaikan salam perpisahan dan mulai menaiki anak tangga. Ia berhati-hati memutar pegangan pintu agar tidak membuat keributan, dan menatap ke dalam.

Ibunya sedang duduk pada sofa usang menghadap perapian. Ia memakai syal berwarna abu-abu menyelimuti pundaknya dan sedang merajut. Untuk beberapa saat Mickey mendengarkan bunyi click……click……click yang lembut akibat jarum-jarum rajut yang beradu. Beberapa menit kemudian Sarah menegakkan badannya, memutar benang wol, dan tanpa alasan yang jelas berbalik. Kedua bola matanya bercahaya.

"Mickey, sayang!"

"Hai, bu!"

Mickey berlari menuju sofa usang itu dan memeluk ibunya erat-erat cukup lama, sehingga sang ibu berteriak: "kau bisa membunuhku." Sambil tetap memegang lengan ibunya, ia perlahan-lahan mengendurkan pelukannya dan berlutut disamping sofa sang ibu. Kedua bola mata ibunya menatapnya lekat-lekat. Ia membelai rambut Mickey dan mengguncang-guncang bahunya:"Kamu sudah tumbuh sebesar rumah!" teriaknya. "Mereka pasti memberimu makan banyak!" Ia menarik Mickey dan memeluknya sambil berbisik. "Anakku! Anakku Mickey!"

Pertanyaan-pertanyaan meluncur keluar dari bibirnya tentang Turin dan kehidupannya di oratory. Tentang kegiatan, pelajaran, dan apakah ia menyukainya.

"Tuhan memberkati Don Bosco!" teriaknya diakhir sang ibu pada waktu Mickey selesai bercerita. "Dia pastilah teman sejati orang miskin!"

Mickey menanyakan kabar mengenai ayahnya ketika untuk sesaat sang ibu sepeertinya kehabisan pertanyaan.

"Ada berita bagus mengenai ayahmu,"jawabnya."Setelah kamu pergi ada orang yang mempunyai pengaruh berusaha membebaskannya sekurang-kurangnya setelah beberapa lama dipenjara. Aku tidak yakin siapa mereka, tapi menurutku salah satu dari pastor paroki, pastur Ariccio, atau Don Bosco. Don Bosco pasti mempunyai banyak teman dimana-mana. Bagaimanapun, ketika ia dibebaskan mereka akan mencarikannya pekerjaan di tempat yang jauh dari sini, sehingga ia tidak perlu terlibat dengan orang-orang tidak baik di Carmagnola."

"Bagus sekali!" ujar Mickey. "Kapan aku bisa menemuinya?'

"Sore ini. Ia akan senang bertemu denganmu. Ia selalu menanyakanmu. Pada mulanya ia tidak menyetujui kepergianmu dan membiarkan aku sendirian. Tetapi ia akhirnya tidak keberatan ketika aku mengatakan kepadanya kalau ini adalah suatu kesempatan yang bagus untukmu. Tapi, kita tidak usah membicarakannya sekarang. Lebih baik tentang hal-hal yang menyenangkan."

Yang dimaksud hal-hal yang menyenangkan baginya adalah semua pengalaman Mickey sejak ia meninggalkan Carmagnola.

Sore itu mereka pergi ke penjara. Entah karena cara pandangnya yang baru atau entah bukan, tapi menurutnya kunjungan ke penjara kali ini tidak terlalu menakutkan. Sikap para penjaga penjara disadarinya berbeda. Sang ibu memberitahunya semua ini disebabkan karena mereka mengetahui kalau ayahnya bukanlah penjahat kambuhan dan ia tidak mencuri apapun selain makanan bagi keluarganya. Kemudian pngaruh-pengaruh dari luar yang telah diberitahukan sebelumnya kepada Mickey membuat kasusnya mungkin diajukan ke pengadilan sesegera mungkin. Dengan cermat ia menjelaskan kalau ini bukanlah prosedur yang lumrah dipenjara. Disini seseorang bisa merana ditahan bertahun-tahun sebelum disidangkan.

Mickey menemukan ayahnya yang lebih ceria. Ia juga terlihat tak terlalu berminat menyemburkan kata-kata makian bagi "mereka yang berada diatas dan berkuasa". Mickey menduga ini semua akibat kunjungan Pastor Ariccio kepadanya. Selain mengkotbahinya tentang kesalahan yang telah dilakukannya, beliau juga dengan cermat membumbui kotbahnya dengan hadiah-hadiah berupa rokok, buku, dan lain-lain.

"Sepertinya ibumu sudah memberitahumu," ujarnya kepada Mickey, "ketika aku keluar dari sini kita akan pergi ke suatu tempat dimana kita bisa memulai kehidupan baru." Ia terlihat senang akan masa depannya dan terus menerus memegang kepala Mickey selama berbicara.

Mickey baru akan menanyakan kemungkinan ia akan tetap tinggal di oratory jika mereka pindah, tetapi dibatalkannya. Menurutnya masih cukup waktu untuk bertanya sampai saat pindah tiba.

Esok harinya mereka menghabiskan waktu dengan mengujungi pastor dan kepala sekolahnya yang lama. Sang ibu memintanya dengan tegas agar ia mengunjungi mereka dan Mickey sadar kalau Don Bosco juga menginginkan hal yang sama. Keduanya terlihat sangat senang bertemu dengannya dan berkata bahwa mereka telah mendengar laporan-laporan yang memuaskan tentang dirinya. Mereka menerima surat dari Don Bosco yang memberitahukan perkembangan anak asuh mereka. Wajahnya akan tersipu-sipu malu jika saja ia membaca surat itu.

"Pertahankan terus Mickey, anakku!" ujar pastor Ariccio,"dan suatu hari kamu akan menjadi walikota Carmagnola."

Keduanya memberitahukan hal-hal yang sama dengan kata-kata yang berbeda: ia tidak lagi perlu khawatir mengenai membeli pakaian baru atau pun buku-buku dan mereka juga membenamkan sesuatu di telapak tangannya sambil berkata "ini sedikit untukmu".

Hal ini membuatnya gembira mengetahui kalau ada orang yang perduli terhadap masa depannya dan dengan malu-malu ia teringat akn pikiran-pikiran dan perkataannya dahulu tentang sang pastor dan guru.

Ia bertemu lagi dengan Greaser pada waktu pulang. Greaser diperintahkan oleh lain untuk menyampaikan kepadanya jika ia mau datang ke tempat persembunyian malam ini sekitar jam tujuh malam; mereka semua akan menunggunya di sana.

"Dan kamu tidak perlu makan sebelumnya," tambah Greaser, memberi Mickey tanda yang dikenalnya.

Greaser tampak menyembunyikan rahasia dengan cara yang menggelikan sehingga membuat Mickey tertawa dan memukul tulang rusuknya perlahan. Greaser pun menghentikan tatapan matnya yang misterius dan menertawakan dirinya.

Ketika Mickey sampai di rumah dan duduk, sang ibu membawakannya sepiring besar ravioli kesukaannya.

"Dengan keju ditengahnya?" tanya Mickey.

"Dengan keju ditengahnya!" jawab sang ibu.

"Ibu baik sekali, deh."

"Tunggu sebentar Mickey. Masih ada yang lainnya."

"Mungkinkah….itu….sebuah….pie apel?" tanya Mickey penuh harap.

"Itu….sebuah….pie apel," ucap sang ibu sambil mendekatkan wajahnya sehingga hidung mereka saling menyentuh.

"Wow, bu!" ujar Mickey. "Tahukah ibu? Tak seorang pun disini sebaik ibu!"

Sarah menarik kursi dan menatap Mickey sementara ia menikmati raviolinya

Sore harinya Mickey pergi ke tempat persembunyian gengnya. Sepanjang jalan ia menyadari kalau ia sedang mendekati kekhawatiran yang telah lama dirasakannya dengan perasaan bercampur aduk. Ia sedang tidak percaya diri. Terlalu banyak kejadian dialaminya sejak meninggalkan Carmagnola.

Mereka tak memperhatikan kebimbangan sang jendral dalam riuh rendahnya sambutan selamat datang. Bagi mereka, sang jendral telah berhasil meraih sukses daripada sebelumnya karena ia pernah mengujungi ke kota besar semacam Turin. Beberapa anak membayangkan kalau ia telah mempelajari tipuan-tipuan dari geng di kota yang menyebabkannya mendapatkan pangkat lebih tinggi. Ia telah begitu berpengaruh pada orang sebelum meninggalkan Carmagnola, saat ini mereka tak dapat menyembunyikan kekagumannya.

Setelah sambutan yang meriah, Mickey bercerita tentang Turin kepada beberapa anak. Sementara itu ia memperhatikan ada beberapa anak yang lebih besar sedang melihat-lihat sebuah gambar dan tertawa diam-diam. Salah seorang memanggilnya: "Hei, Mickey, lihat ini dulu!"

"Tidak," jawab Mickey sambil menunjuk sekelompok anak yang sedang sibuk di pojok, "aku lihat dulu ada apa disini."

Ia melihat mereka sedang sibuk mencabuti bulu dua ekor ayam betina yang cukup besar, kemungkinan kebanggaan peternakan di sekitar situ. Mickey bisa saja menceritakan perjalanan ayam-ayam itu dari peternakan hingga sampai ke panci, tetapi lebih baik jika ia diam saja.

Salah seorang anak mengeluarkan pisau dan memotong kepala kedua ayam itu setelah selesai mencabuti bulunya, membersihkannya, dan memasukkannya kedalam panci penuh berisi air. Dua orang anak menyelipkan sebatang besi di antara pegangan panci dan meletakannya diatas api. Air memercik dari panci dan jatuh ke dalam bara api, menimbulkan desisan yang mengingatkan Mickey akan kotbah mengenai api neraka.

"Sekarang,"sang koki memberi pengumuman,"untuk membuat shloop." Sang koki malu karena tidak mampu mengucapkan kata soup dengan benar yang akhirnya menjadi bahan ejekan bagi anak-anak yang membaptisnya dengan nama "Shloopy."

"Untuk membuat shloop yang enak," lanjutnya, "kita butuh sayuran" - dan ia mengeluarkan segenggam kubis, lobak, dan wortel yang dipotong seadanya. - "kemudian, sedikit penyedap." Ia memungut jeroan ayam dari tanah dan melemparnya ke dalam panci. Tak tersedia air untuk mencuci jeroan-jeroan itu terlebih dahulu, tetapi menurut sang koki jeroan itu tak perlu dicuci karena air didalam panci akan membersihkannya. Penonton duduk dengan diam, terpikat oleh pekerjaan si tukang masak dan rupa masakannya nanti.

Mereka mengelilingi Mickey sambil saling bercerita menunggu sup mendidih. Seseorang mengucapkan sesuatu yang menyebabkan anak-anak lain tertawa. Mickey juga tertawa hingga ia terkejut menyadari arti "lain" kata-kata itu. Senyum menghilang di bibirnya, pipinya memerah, dan ia membungkuk melemparkan beberapa batang kayu. Ia menyadari jurang pemisah yang lebar antara dirinya dengan geng, menyebabkan ia menyesal telah menerima undangan mereka.

Mickey menatap anak-anak yang sedang berkumpul untuk mencoba melupakan celetukan itu dan menyadari kalau ada beberapa orang anak tidak hadir.

"Duck dan Sooty akan menyusul nanti - naik kendaraan penjara!" ujar Ardone badut di kelompok itu. Anak-anak tertawa.

"Beberapa waktu lalu, mereka gagal mengambil sesuatu di tempat Mallini dan tertangkap polisi. Sooty dua tahun masuk penjara. Ia dikira mengajak Duck, karena ia lebih besar. Jadi Duck dengan cerdik mengaku kalau ia mengira mereka sedang bermain. Kata hakim, 'Baiklah, nak, kali ini kami membebaskanmu, tapi berhati-hatilah mencari teman!' Sekarang Sooty dipenjara. Ibunya Duck bilang, ia akan membunuhnya jika ia tahu Duck terlibat lagi dengan geng."

"O.K!" teriak sang koki, "duduk, dan ambil jatahmu."

Mereka duduk mengelilingi api unggun dan Mickey sebagai tamu kehormatan duduk paling dekat api unggun diapit Greaser dan Pozzi, letnannya dahulu yang sekarang memimpin anak-anak itu. Sang koki meletakkan sepotong ayam di atas sembarang tempat yang bisa mereka temukan dan mereka mencelupkan sepotong roti dalam "shloop". Hidangan penutup tersedia berupa apel yang dipanggang di tengah api atau chestnuts yang dipanggang di abu panas di tepi-tepi api unggun.

Beberapa orang didaulat untuk menyanyi pada saat mereka menikmati hidangan, Greaser membuat suasana riuh rendah ketika menyanyikan lagu mengenai seorang anak dan pengalaman merokok pertamanya. Mereka bersiap-siap pulang ketika hari sudah gelap. Mereka sudah menghabiskan semua makanan dan menyanyikan semua lagu yang mereka tahu.Bebrapa orang mengelilingi api unggun yang perlahan-ahan padam untuk mematikannya. Mickey segera keluar ruangan karena ia tahu cara mereka yang istimewa untuk mematikan api unggun sehingga ia merasa malu untuk menyaksikannya. Beberapa anak memutuskan untuk menemaninya pulang ke rumah, tanda kalau mereka masih menyukainya. Ketika sampai di Via Motta dan saatnya akan mengucapkan ucapan selamat berpisah sang jendral gelisah dan kebingungan mencari kata-kata yang tepat. Tapi pada saat menaiki tangga ia memutuskan tak akan kembali ikut serta dalam kegiatan gengnya.

Sang ibu menunggu dan hanya diam mendengarkan selama Mickey menceritakan perasaannya pada waktu menghabiskan waktu bersama teman-temannya dan keputusan yang baru dibuatnya. "Oh,Mickey!" ujarnya sambil mencium Mickey,"jika saj kamu mengetahui betapa bahagianya kau malam ini!"

Setelah Mickey tertidur, ia pergi ke meja kecil, mengambil bolpen, secarik kertas, dan mulai menulis surat. Perlahan-lahan dan dengan penuh kesedihan ia mulai menulis surat untuk Don Bosco. Kata-katanya sederhana namun keluar langsung dari lubuk hatinya selama mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan Mickey dari kehidupan yang sia-sia dan berbahaya. Ia mengakhiri suratnya dengan menulis bahwa ia lebih rela berkali-kali menyerahkan anaknya kepada Don Bosco daripada sekali kehilangan ia di jalanan.

Sebelum sinar matahari musim gugur terbit menerangi perbukitan disekeliling Carmanogla, kereta-kereta pertanian melaju di jalan berbatuan menuju pasar. Seiring sinar matahari yang mulai menghangatkan tanah, embun pagi perlahan menipis seolah enggan pergi; seiring dengan mulai terlihatnya keindahan pedesaan yang menghijau dan keemasan, lumpur dan keburukan sisi kota yang miskin seolah-olah memperingatkan tak ada yang lebih menyedihkan daripada perkampungan miskin dan kotor pada suatu kota di bawah sinar matahari pagi.

Suara ibu-ibu yang mengobrol di lapangan membangunkan Mickey. Ia tringat akan reuni dengan teman-teman lamanya dan tersenyum sendiri ketika berpikir mengenai Greaser dan Pozzi. Ia merasa sedih ketika teringat Duck dan Sooty. Cerita itu membuat pengalaman tadi malam - dan juga masa depan teman-temannya - kehilangan makna. Ia bertanya-tanya jika kejadian yang semacam itu akan terjadi padanya jika saja ia tidak meninggalkan Carmagnola. Ayahnya telah terlebih dahulu masuk penjara.

Dengan diam-diam ia pergi keluar agar tidak membangunkan ibunya. Ia pergi ke gereja untuk megikuti misa pagi. Ia telah berjanji kepada Don Bosco untuk pergi ke gereja setiap hari selama liburan. Ia merasa lebih lega ketika pulang. Masa lalu adalah masa lalu. Dan apa saja yang telah dilakukannya tak bisa digunakan untuk memusuhinya. Ia sadar di oratory hal-hal semacam in tak akan mengganggunya. Ia berada di tengah lingkungan yang baik, terawat, dan sukses dalam pelajarannya. Ia telah meninggalkan hal-hal yang membahayakan jiwanya, walaupun masih dibebani oleh masa lalu dan berbagai godaan. Lebih-lebih lagi ia merasa ingin menjadi seperti anak-anak yang dikaguminya, seperti Tom dan Dan, anak-anak yang sepertinya begitu dihargai oleh Don Bosco. Sebelum datang di oratory ia tak tahu bahwa seorang anak bisa berkelakuan seperti Tom atau Dan, dan tidak merasa malu. Apa yang mereka pikirkan jika bersamanya beberapa malam belakangan ini?

Mickey berkeinginan menjadi seperti mereka jika saja ia bisa hidup baik dan gembira tanpa adanya masalah yang memberati hati nuraninya. Ia juga ingin Don Bosco menghargainya seperti ia menghargai Tom dan Dan. Sungguh berbeda sekali dengan teman-teman lamanya. Yang lebih penting lagi, apa yang bakal terjadi pada mereka semua nanti di masa depan. Untuk pertama kalinya Mickey mengerti penyebab suatu hari nanti gengnya akan menjadi pemabuk-pemabuk liar yang sering dijumpainya di berbagai bar, dengan mata licik dan kejahatan terpancar dari wajahnya. Ia mengigil ketika membayangkan ia akan menjadi seperti orang-orang itu jika saja kesempatan untuk memperbaiki masa depannya tidak datang. Ia ingin mengambil apa saja yang ditawarkan oratory kepadanya tapi sekarang ia bertanya-tanya apakah hanya itu saja keinginan Don Bosco untuk membawanya ke oratory.

Malam itu pada waktu duduk di dekat perapian bersama ibunya, tiba-tiba Mickey berkata: "Lebih baik aku kembali ke oratory ."

"Mengapa terburu-buru, Mickey?" Sarah mengetahui sifat Mickey yang kerap kali tanpa pikir panjang dan bukanlah kebiasaannya untuk melarangnya.

"Aku mencoba melakukan keinginan Don Bosco,"ujar Mickey ber terus terang, "dan ada banyak hal yang harus kujauhi. Jika aku tetap berkeliaran disini, aku akan terus bertemu dengan teman-temanku dan mereka hanya akan membuat segalanya terlalu berat untukku."

Sang ibu meletakkan rajutannya dan menatapnya penuh kasih sebelum menjawab. "Sayang," ujarnya, "kalau itu keinginanmu, baiklah, lebih baik kamu pergi. Kamu tahu aku menyayangimu lebih dari segalanya di dunia, dan aku tidak suka melihatmu pergi. Tapi jangan sampai orang menganggap aku melarangmu kembali ke Don Bosco." Wajahnya tampak sedih ketika melanjutkan omongannya. "Kamu tidak akan menjadi anak yang baik jika tetap tinggal di sini. Tuhan membantu anak-anak di sini. Mereka dibiarkan berkeliaran di jalanan seharian, dari pagi sampai malam. Mereka belajar berbagai macam tipuan-tipuan, dan ketika ditangkap polisi, semua kesalahan ditimpakan kepada mereka. Walaupun Tuhan tahu kalau orang tua merekalah yang lebih bertanggung jawab. Baru minggu yang lalu Bernardi, yang lebih sering disebut Sooty, dimasukkan ke penjara anak-anak karena mencuri di toko. Kalau saja terjadi padamu, pasti akan membunuhku!"

Selama mendengarkan ibunya berbicara, Mickey penasaran sebanyak apa ibunya mengetahui kehidupannya sebelum pergi ke oratory. Sang ibu sering memperingatkannya dengan siapa saja ia tak boleh bergaul, dan ia selalu menyangkal kalau bermain bersama mereka. Ia selalu bilang kalau merekalah yang mengajaknya, dan sang ibu selalu berpikir kalau merekalah yang bertanggung jawab menjerumuskannya ke dalam masalah. Betapa senangnya Mickey kalau sang ibu tak mengetahui kenyataan sebenarnya.

"Jangan mengkhawatirkan aku," ujar Sarah lagi, untuk membuat perpisahan itu mudah bagi anaknya. "Begitu ayahmu dibebaskan, aku akan pergi dengannya, dan kita senang sekali untuk meninggalkan Carmagnola. Tempat ini hanya memberi kesusahan dan kegelisahan."

Mereka memutuskan kalau Mickey akan kembali ke oratory lusa, karena masih ada beberapa kerabat yang ingin menemui keponakannya yang belajar di Turin.

Ketika saatnya pulang tiba, kali ini Mickey tidak merasa sedih karena harus pergi seperti pengalaman pertamanya meninggalkan Carmagnola. Ketika sudah aman di dalam kereta ia memberi ciuman perpisahan kepada ibunya.

"Ibu,"ujarnya, "jika bukan karena aku kangen sama ibu, aku tak akan sesedih ini meninggalkan Carmagnola. Dan jika ibu pergi, aku tak akan kembali lagi ke sini."

61